Cinta yang membunuh
adalah Cinta yang mendorong Sang Pecinta kepada sebuah keadaan yang sarat
dengan nuansa melankolisme. Ini terjadi ketika akal beserta instrumen logika
yang tersedia dalam diri kita sudah tumpul dalam menghadapi realita cinta yang
ada. Ini juga disebabkan karena diri kita tidak memiliki back up ketika suasana yang tidak mengenakan datang menghampiri. Back up yang penulis maksud adalah
Tauhid Cinta kepada Allah, sebab hanya ketauhidanlah yang dapat menangkal kejahiliyahan dan keghaflahan hati seorang hamba ketika terjungkal kedalam keadaan yang
tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Dalam nuansa melankolisme yang begitu
menggebu dalam mencintai lawan jenis tidaklah memiliki manfaat sedikit pun baik
dalam aspek keduniaan maupun agama, sebab suasana kebatinan seperti ini dapat
mengakibatkan produktifitas kita sebagai manusia menjadi jauh berkurang.
Mengapa? Jawabannya sebagai berikut:
Menggebu-gebunya
hati kita dalam mencintai lawan jenis mengakibatkan kesibukan dalam hal
memikirkan dia yang kita pikirkan daripada kita mencoba untuk
mengkonsentrasikan pikiran kita untuk berma’rifat kepada Allah. Akibatnya
adalah Hati dan pikiran kita menjadi penuh oleh satu hal yang sebenarnya tidak
perlu. Ingatlah bahwa Allah tidak menciptakan dua hati dalam dada seorang manusia,
ketika Hati kita sudah ditempati oleh satu hal maka niscaya hal lain tidak akan
dapat memasukinya. Disinilah akan muncul kegandrungan yang membuat kita malas
untuk melakukan apapun bahkan untuk makan pun akan terasa berat. Apakah suasana
seperti ini yang kita inginkan untuk menghiasi hidup kita? Maka siapakah yang
lebih pantas? Allah ataukah sesuatu selain Allah?.
Ketika hati
kita sedang menggebu dalam mencintai seseorang maka sebenarnya pada saat yang
sama Allah sedang menyiksa hati kita. Sebab dalam hati kita sudah masuk Cinta
kepada selain Allah. Maka barang siapa yang dalam hatinya sudah masuk Cinta
kepada selain Allah tidak bisa tidak Cintanya itu merupakan siksa bagi hatinya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan bahwa Semangat mencintai selain Allah
meskipun yang mencintai itu merasakan sensasi cinta yang luar biasa maka pada
hakikatnya dia sedang menjalani siksaan hati yang paling berat.
Tahukah Anda
bahwa Orang yang sedang memiliki rasa menggebu-gebu dalam mencintai lawan jenis
pada hakikatnya dia memiliki derajat yang hina? Akan tetapi karena Asyiknya
menikmati rasa itu, dia tidak menyadari posisi derajatnya. Bagaimana tidak
hina?, seseorang yang sudah diperbudak oleh Cinta kepada selain Allah sejatinya
dia sudah tidak lagi menjadi hamba Allah. Mana yang lebih mulia? Hamba Allah
ataukah Hamba selain Allah? Hati seseorang yang begitu bersemangat dalam
mencintai selain Allah tak lebih bagai seekor burung kecil yang berada dalam
genggaman seorang anak yang sedang bermain.
Rasa
menggebu dalam mencintai lawan jenis juga dapat mengakibatkan tertinggalnya
kita dalam mencapai tujuan hidup. Bagaimana tidak? Karena tujuan hidupnya
menjadi pendek, Life is only for Love.
Tidak ada sesuatu yang lebih merusak kebaikan dunia dan akhirat dari pada Cinta
ini. Cinta ini mengakibatkan kita memikirkan hal yang tidak perlu dan belum
saatnya sehingga muncul kebingungan yang luar biasa tentang bagaimana mencapai
angan-angan yang belum saatnya itu. Dari sinilah kemudian pikiran dan hati kita
bercabang sehingga tidak dapat fokus pada satu prioritas hidup.
Selain itu,
Siksa dunia dan Siksa akhirat akan mudah menghampiri orang yang begitu
memberikan prioritas Cinta kepada makhluk dari pada Cinta kepada Allah. Cobaan
ini dalam menghantam mereka yang lebih mencintai sesuatu selain Allah seperti
yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyyah adalah seperti Kayu yang kering
dilemparkan kedalam nyala api yang membara. Apa sebabnya? Karena sesungguhnya
Hati ketika dekat dengan Cinta yang menggebu kepada selain Allah maka pada saat
yang sama Hati itu menjauh dari Allah, sejauh-jauhnya hati adalah hati yang
berpaling pada sesuatu selain Allah. Ketika Hati itu jauh dari Allah maka
datanglah siksa dari berbagai arah dalam hidupnya.
Dengan Cinta
seperti ini Hati seorang manusia akan rusak karena jauh dari fithrah yang
sesungguhnya. Karena jauh dari fithrahnya maka hati akan mudah dimasuki oleh
Waswas atau keragu-raguan dan godaan dalam segala hal yang ditimbulkan oleh
Syaithan. Ketika ini terjadi maka Akal orang itu akan rusak dan tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Sementara sesuatu yang paling mulia yang terdapat dalam diri
manusia adalah akalnya karena dengan akal itulah Manusia dapat dibedakan dengan
Hewan. Maka jika akalnya sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi lantas apa bedanya
Manusia yang seperi itu dengan Hewan. Bahkan terkadang Hewan lebih baik dari
Manusia yang kehilangan akalnya.
Percayakah
Anda bahwa Cinta yang seperti ini juga dapat merusak panca indera? Hal ini
ditegaskan oleh Rasul “Hubbuka syaii yu’maa wa yashummu” (Al Hadist) “Cintamu terhadap sesuatu dapat membutakan dan membuat
tuli” (Al Hadist). Jadi terkadang
kita melihat sesuatu yang jelek dari apa yang kita cintai tapi karena kecintaan
yang berlebihan itu kita menganggapnya sebagai sesuatu yang baik, sikap kita
tidak lagi objektif dalam menilai sesuatu jika motifnya adalah Cinta kepada
selain Allah. Mengapa demikian? Karena jika hati kita sudah rusak, maka rusak
pulalah mata, telinga, dan lisan kita. Kecintaan yang sangat, dapat menutup
hati kita dan mencegah kita untuk dapat melihat sesuatu yang sebenarnya. Dari
itu Wahai Saudaraku! Mari kita tata kembali jikalau ada dalam hati kita sebuah
Cinta yang salah, sebuah Cinta yang menjadikan kita meninggalkan Cinta yang
seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar